NAKER.NEWS, PALEMBANG — Faktor cuaca serta kenaikan harga pupuk dikalangan petani membuat produksi kopi asal Sumatera Selatan mengalami penurunan secara signifikan. Ternyata, sudah dua tahun ini penuruan itu terjadi yang menyebabkan kenaikan harga kopi di pasaran.
Rupanya, bukan hanya di Sumsel, tetapi didaerah penghasil kopi lain di Indonesia turut merasakan hal yang sama. Bahkan, Brazil juga mengalami hal yang sama dan kini kopi kian mahal.
Analis Madya Dinas Perkebunan Sumatera Selatan Rudi Alpian, mengatakan penurunan produksi kopi di beberapa tempat sentra penghasil kopi di bumi Sriwijaya karena kebiasaan petani tidak memupuk kopinya. Kondisi ini mempengaruhi kualitas tanaman petani sehingga tak berbuah lebat seperti biasa.
“Ini disebabkan harga pupuk melonjak, akibatnya petani tidak sanggup memupuk tanamannya,” ucap Rudi.
Karena tak sanggup untuk membeli pupuk, para petani memilih menggunakan pupuk organik dari kulit kopi dan kotoran hewan. Kondisi ini menyebabkan hasil produksi tanaman kurang maksimal.
“Jika kondisi ini tidak segera diantisipasi, dirinya khawatir akan berpengaruh pada konsumsi kopi dan melonjakny harga kopi,” jelas dia.
Sejauh ini, Sumsel menjadi salah satu sentra industri kopi di Indonesia sebagai penghasil biji kopi robusta terbesar. Luasan lahan perkebunan kopi robusta di Sumsel mencapai 260.000 Hektare.
“Banyak pabrik kopi yang sebagian besar beroperasi di Lampung juga mengambil biji kopi dari beberapa daerah di Sumsel,” ucapnya.
Sementara itu, Pendamping Petani Kopi dari Hutan Kita Institut, Aidil Fikri menuturkan, saat ini produksi kopi di Sumsel turun hingga 70 persen. Jika biasanya rata-rata produksi kopi di Sumsel mencapai 1 juta ton, kini turun hingga 300 kilogram.
“Anomali hujan terjadi membuat pertumbuhan biji kopi tidak optimal. Padahal saat ini permintaan biji kopi meningkat pesat,” beber dia.
Pihaknya mencatat untuk produksi Arabica di Sumsel sempat terputus. Pada Desember 2022 lalu pihaknya bahkan menghentikan pengiriman ke Jawa. Untuk jenis Robusta, tersisa stok kopi OKU Selatan, sedangkan pasokan Muara Enim dan Pagar Alam habis.
Jenis robusta mengalami kenaikan harga, biasanya biji kopi dihargai sekitar Rp18.000-Rp 20.000 per kilogram. Sekarang dikisaran Rp30.000. Begitu juga Arabica, biasanya Rp75.000 kini Rp110.000 per kilogram.
Artikel ini telah dipublikasikan di Naker.news dengan judul "Kopi Sumsel Mengalami Penurunan Produksi, Ini Penyebabnya" oleh By Wahyu Kurniawan pada 2023-04-01 21:31:49. Untuk membaca lebih lanjut, kunjungi: https://naker.news/2023/04/01/kopi-sumsel-mengalami-penurunan-produksi-ini-penyebabnya/
#Artikel Terbaru
- Dari Quality Assurance ke Frontend Developer: Mengapa Banyak yang Beralih?
- Kartu Peluang Jerman: Solusi Baru untuk Tenaga Kerja Terampil dari Negara Non-UE
- Tips Berkembang untuk Pekerja Migran Indonesia di Negara Asing
- Tips Mengelola Gaji agar Lebih Hemat dan Efektif: Strategi Mudah Anti Bokek
- Kunjungan Kerja BNSP: Cara PLTU PAMA Menerapkan Kompetensi di Tempat Kerja
- 5 Pilar Sukses PAMA yang Bisa Jadi Inspirasi Buat Pekerja di Industri Pertambangan Indonesia
- Tips Hemat Kirim Uang untuk Pekerja Migran Indonesia di Luar Negeri
- Menjadi Tenaga Konstruksi, Apakah Karier Ini Menjanjikan?
- Tingkatkan Kompetensi Tenaga Konstruksi dengan Sertifikasi!
- Tahun 2024 Banjir PHK, Apa Penyebabnya?
#Featured posts
- Vokasi vs Sarjana: Mana yang Lebih Cocok untuk Karier Anda?
- Berapa Gaji Anggota DPR? Ini Rinciannya
- Kenaikan UKT PTN: Mahasiswa Terjebak dalam Ketidakpastian
- Polemik Kerja Paruh Waktu Beasiswa UKT ITB: Kenapa Diprotes Mahasiswa?
- Cara Mudah Klaim JKP BPJS Ketenagakerjaan Bagi Korban PHK
- 47 Tahun HIPKI: Bertekad Kembangkan Pendidikan Nonformal Berkualitas
- Hak Pekerja Migran Indonesia yang Wajib Diketahui
- Pentingnya Teman Tongkrongan: Kunci Relasi dan Kesuksesan Karier di Masa Depan
- Ingin Kerja di Perkebunan Australia? Ini Tipsnya!
- Kinerja Bukan Segalanya: Kunci Kesuksesan di Dunia Kerja yang Sering Terabaikan