Naker News – Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi telah menjadi salah satu pendorong utama perubahan di dunia kerja, termasuk di Indonesia. Transformasi digital yang cepat telah mengubah cara kita bekerja, berinteraksi, dan bahkan bagaimana perusahaan merekrut karyawan.
Pengaruh teknologi ini tak hanya dirasakan di kota-kota besar, tapi juga mulai merambah hingga ke daerah-daerah yang sebelumnya mungkin tak terjangkau oleh teknologi canggih.
Di Indonesia, adopsi teknologi dalam dunia kerja mulai terasa dalam berbagai sektor. Misalnya, sektor perbankan yang kini semakin mengandalkan otomatisasi dan artificial intelligence (AI) untuk proses-proses yang sebelumnya membutuhkan banyak tenaga manusia.
Contoh lainnya adalah sektor e-commerce, di mana teknologi telah memungkinkan perusahaan untuk memproses jutaan transaksi secara efisien dengan memanfaatkan big data dan analitik.
Namun, perubahan ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Negara-negara tetangga di ASEAN seperti Singapura, Malaysia, dan Vietnam juga mengalami dampak serupa. Bahkan, dalam beberapa aspek, negara-negara ini mungkin lebih maju dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam dunia kerja mereka.
Perbandingan dengan Singapura dan Malaysia
Singapura, sebagai salah satu negara paling maju di ASEAN, telah memimpin dalam adopsi teknologi di tempat kerja. Negara ini telah mengimplementasikan berbagai inisiatif untuk mendorong penggunaan AI dan otomatisasi, tidak hanya di sektor swasta, tapi juga di sektor publik.
Pemerintah Singapura secara aktif mendorong perusahaan untuk berinvestasi dalam teknologi canggih dan memberikan pelatihan bagi pekerja agar mereka bisa beradaptasi dengan perubahan tersebut.
Sementara itu, Malaysia juga tak mau ketinggalan. Negara ini telah meluncurkan berbagai program untuk mendorong transformasi digital, terutama di sektor manufaktur dan layanan. Malaysia menargetkan untuk menjadi hub teknologi di Asia Tenggara, dan telah berhasil menarik berbagai perusahaan teknologi multinasional untuk berinvestasi di negara tersebut.
Hasilnya, banyak pekerjaan baru yang tercipta di sektor teknologi, sekaligus mengurangi ketergantungan pada sektor-sektor tradisional yang padat karya.
Di Indonesia, meskipun adopsi teknologi berjalan cukup cepat, tantangannya adalah bagaimana memastikan bahwa teknologi tersebut dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk mereka yang berada di daerah terpencil. Berbeda dengan Singapura yang memiliki infrastruktur teknologi yang sangat baik, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam hal infrastruktur digital, terutama di luar Jawa. Hal ini menyebabkan kesenjangan dalam akses teknologi antara wilayah perkotaan dan pedesaan.
Fakta-Fakta Seputar Teknologi dan Ketenagakerjaan di ASEAN
Faktanya, menurut laporan World Economic Forum (WEF), Indonesia masih berada di peringkat bawah dalam hal kesiapan teknologi di ASEAN, jauh di bawah Singapura dan Malaysia. Salah satu indikatornya adalah rendahnya penetrasi internet di beberapa daerah, yang mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk mengakses peluang kerja yang membutuhkan keterampilan digital.
Selain itu, data dari International Labour Organization (ILO) menunjukkan bahwa di Indonesia, sekitar 56% pekerjaan saat ini berisiko digantikan oleh otomatisasi dalam dua dekade mendatang. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia (54%) dan Singapura (49%). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun teknologi dapat menciptakan peluang baru, ada juga tantangan besar dalam hal adaptasi dan peningkatan keterampilan pekerja.
Teknologi memang membawa banyak manfaat, namun tanpa persiapan yang matang, perubahan ini juga bisa membawa dampak negatif, terutama bagi mereka yang belum siap untuk beradaptasi. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan sektor swasta di Indonesia untuk bekerja sama dalam memastikan bahwa pekerja mendapatkan pelatihan yang diperlukan untuk menghadapi era digital ini.
Perbandingan ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi di tempat kerja.
Namun, untuk mencapai potensi tersebut, diperlukan investasi yang lebih besar dalam infrastruktur teknologi dan pelatihan keterampilan bagi pekerja. Sementara negara-negara tetangga kita di ASEAN mungkin lebih maju dalam beberapa aspek, Indonesia tetap memiliki peluang besar untuk mengejar ketertinggalan dan menjadi pemain utama dalam ekonomi digital di kawasan ini.
Artikel ini telah dipublikasikan di Naker.news dengan judul "Revolusi Teknologi di Dunia Kerja Indonesia: Siapkah Kita Bersaing dengan Tetangga ASEAN?" oleh By Wisnu Ardianto pada 2024-08-15 17:55:00. Untuk membaca lebih lanjut, kunjungi: https://naker.news/2024/08/15/revolusi-teknologi-di-dunia-kerja-indonesia-siapkah-kita-bersaing-dengan-tetangga-asean/
#Artikel Terbaru
- 10 Keahlian Penting untuk Lulusan Vokasi di 2024
- Perbedaan Pendidikan Vokasi dan SMK: Mana yang Tepat untuk Karirmu?
- Pendidikan Vokasi: Jalan Cepat Menuju Dunia Kerja
- Cara Menjadi TKI yang Sah di Malaysia
- Pendaftar Program JKP Masih Sepi, Anggaran Rp 1,3 Triliun Terancam Tak Terserap
- Berapa Gaji Ketua MPR RI dan Fasilitasnya?
- 53.000 Pekerja Kena PHK, Sektor Manufaktur Penyumbang Terbesar
- Berapa Gaji Anggota DPR? Ini Rinciannya
- Perlindungan Hak Pekerja Berdasarkan Pancasila di Sektor Formal dan Informal
- Kenaikan UKT PTN: Mahasiswa Terjebak dalam Ketidakpastian
#Featured posts
- Berapa Gaji Anggota DPR? Ini Rinciannya
- Kenaikan UKT PTN: Mahasiswa Terjebak dalam Ketidakpastian
- Polemik Kerja Paruh Waktu Beasiswa UKT ITB: Kenapa Diprotes Mahasiswa?
- Cara Mudah Klaim JKP BPJS Ketenagakerjaan Bagi Korban PHK
- 47 Tahun HIPKI: Bertekad Kembangkan Pendidikan Nonformal Berkualitas
- Hak Pekerja Migran Indonesia yang Wajib Diketahui
- Pentingnya Teman Tongkrongan: Kunci Relasi dan Kesuksesan Karier di Masa Depan
- Ingin Kerja di Perkebunan Australia? Ini Tipsnya!
- Kinerja Bukan Segalanya: Kunci Kesuksesan di Dunia Kerja yang Sering Terabaikan
- Miris! Upah Minimum RI Masuk 3 Besar Terendah di ASEAN